Harga Batu Bara Pekan Ini Tiba-tiba Ngamuk, Ada Apa?

upah.co.id – Harga komoditas batu bara acuan terpantau cerah bergairah pada pekan ini, di mana harga batu bara sudah melesat hingga 11% lebih sepanjang pekan ini.

Harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Maret 2023 pada pekan ini terpantau melejit 11,61% secara point-to-point (ptp).

Pada perdagangan Jumat (26/2/2023) akhir pekan ini, harga batu bara acuan terpantau melesat 1,19% ke posisi US$ 204,25/ton. Harga batu bara kembali ke atas level psikologis US$ 200.

Cerahnya harga batu bara diketahui sudah terjadi sejak Selasa lalu, di mana saat itu harganya rebound dan melonjak 9,75%.

Cerahnya harga batu bara pada pekan ini ditopang oleh kabar dari kenaikan permintaan dari India, China, dan Eropa.

Eropa mulai kembali meningkatkan impor pasir hitam. Kenaikan harga gas Eropa juga ikut menopang harga batu bara.

Mulai menguatnya permintaan dari Eropa berbarengan dengan lonjakan impor dari China serta proyeksi kenaikan permintaan dari India.

Dikutip dari Montel News dengan mengutip data Kpler, impor batu bara Eropa yang mengalir ke Pelabuhan Amsterdam, Rotterdam and Antwerp (ARA) diperkirakan naik 13% pada Februari 2023 dibandingkan sebelumnya.

Sebagai catatan, pengiriman batu bara ke Pelabuhan ARA diperkirakan mencapai 2,6 juta ton pada Januari 2023 sementara pada Desember 2022 sekitar 3,3 juta ton.

Turunnya produksi pembangkit tenaga air serta kekhawatiran menyusutnya permukaan Sungai Rhine menjadi beberapa penyebab mengapa impor kembali naik.

Musim dingin yang sangat kering bahkan mungkin terkering dalam lima tahun terakhir dikhawatirkan membuat Sungai Rhine di Jerman menyusut pada musim panas mendatang.

Padahal, sungai tersebut menjadi lalu lintas utama lalu lintas batu bara dari Pelabuhan ARA ke Jerman.

Sementara itu, data Montel’s Energy Quantified (EQ) memperkirakan produksi tenaga air Eropa kini mencapai 40% di bawah kondisi normalnya.

Kondisi ini juga meningkatkan kekhawatiran jika kekeringan parah akan menghantui pada musim panas mendatang.

Harga batu bara juga kembali naik karena merangkaknya harga gas. Harga gas sendiri kembali naik karena meningkatnya permintaan dari produsen listrik.

Pada Jumat lalu, harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) menguat 0,46% ke posisi 51,01 euro per mega-watt hour (MWh). Sepanjang pekan ini, harga gas Eropa terpantau melonjak 4,01%. Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi.

“Situasi yang lama sudah kita lihat adalah persaingan keras antara harga batu bara dan gas. Perlu disimak apakah kenaikan produksi listrik gas bisa melebihi penggunaan batu bara,” Analis dari Rystad Energy, Fabian Ronningen, dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/2/2022) lalu.

Namun, dia menambahkan bahwa harga energi termasuk gas dan batu bara masih akan volatil dan berada di atas harga rata-rata historis mereka.

Harga batu bara ambruk sejak awal Februari. Namun, harganya kembali melesat setelah India dan China diproyeksi mulai melipatgandakan pembelian batu bara.

Impor besar tengah dilakukan China setelah Beijing mencabut larangan impor batu bara Australia.

Setidaknya 15 kapal dengan kapasitas muatan 1,4 juta ton sudah bergerak dari Tiongkok ke Australia pada Februari tahun ini.

Sebanyak 1 juta ton batu bara thermal juga sudah dipesan dan siap diangkut ke China.

Selain aksi borong China, harga batu bara juga terbang setelah pemerintah India mengeluarkan peraturan darurat terkait batu bara pada Senin lalu.

Pemerintah meminta produsen listrik yang menggunakan batu bara impor (ICB) untuk berproduksi secara penuh. Mereka juga diminta untuk menjual dengan segera produksi mereka.

Peraturan itu dikeluarkan sebagai antisipasi lonjakan permintaan listrik selama musim panas, April tahun ini.

Aturan ini akan berlaku pada 16 Maret 2023 mendatang guna memberikan waktu bagi pembangkit untuk mengimpor batu bara menjelang lonjakan konsumsi.

Aturan akan berakhir pada 15 Juni 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH