upah.co.id – Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) pernah menyatakan Indonesia memiliki risiko tinggi terkena leptospirosis, mengingat kejadian banjir dan genangan air di beberapa wilayah akibat kondisi sanitasi yang buruk. Pada tahun 2021, WHO telah mencatat delapan provinsi di Indonesia yang mengalami kasus leptospirosis, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Banten, DKI Jakarta, Kalimantan Utara, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.

Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat menyerang manusia dan hewan. Penyakit tersebut ditularkan melalui cairan hewan yang terinfeksi dan masuk ke tubuh melalui hidung, mulut, mata, dan kulit yang terluka.

Adapun beberapa gejala yang ditimbulkan leptospirosis, di antaranya adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan muntah. Tanpa pengobatan, leptospirosis bisa berakibat fatal yang menyebabkan kerusakan pada ginjal, meningitis, gagal hati, hingga gangguan pernapasan.

Paparan risiko ini bisa menjadi lebih tinggi, terutama bagi mereka yang bekerja di luar ruangan tanpa menggunakan peralatan pelindung yang tepat, seperti petani, pencari kayu di hutan dan petugas kebersihan.

Sebagai bagian dari peningkatan pencegahan dan pengendalian leptospirosis di Indonesia , Kementerian Kesehatan (MH), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan program percontohan pemantauan sentinel tikus di 10 kabupaten serta melakukan surveilans terpadu untuk leptospirosis yang melibatkan sektor manusia, hewan, dan satwa liar di kabupaten tertentu.

“Untuk mencegah dan mengendalikan leptospirosis secara efektif, penting untuk mengkoordinasikan kolaborasi multisektoral yang melibatkan tim multidisiplin atau dikenal dengan pendekatan One Health,” kata Direktur Surveilans Kesehatan dan Karantina Kemenkes, dr. Endang Budi Hastuti, dilansir Pikiran-rakyat.com dari laman WHO .

Pada 29 Maret 2022, mereka telah melangsungkan pertemuan pertama secara virtual untuk membahas bagaimana surveilans sentinel dapat mengidentifikasi reservoir hewan pengerat target yang bertanggung jawab atas leptospirosis manusia.

Dalam pertemuan tersebut, Kemenkes turut membagikan hasil surveilans sentinel hewan pengerat di 10 lokasi, yaitu Asahan Sumatra Utara, Serang Banten, Bogor Jawa Barat, Demak Jawa Tengah, Bantul DI Yogyakarta, Probolinggo Jawa Timur, Banjar Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara Tarakan, Enrekang Sulawesi Selatan, serta Ambon Maluku.

Berdasarkan hasil surveilans tersebut menunjukkan bahwa kesepuluh lokasi sentinel adalah area berisiko untuk leptospirosis, dengan tingkat perangkap yang berhasil di atas 1 persen. Tingkat ini dianggap tinggi sehingga perlu menerapkan kontrol hewan pengerat yang lebih baik lagi.***