upah.co.id – Penyebab populasi China turun untuk kali pertama dalam lebih dari 60 tahun turut ramai dibahas oleh warganet “Negeri Tirai Bambu”.

Para netizen beranggapan, penyebab utama penurunan demografi China adalah hasil dari kebijakan satu anak China yang diberlakukan antara tahun 1980 dan 2015 serta tingginya biaya pendidikan.

Biaya pendidikan ini, bagaimanapun diyakini telah membuat banyak warga China tidak ingin memiliki lebih dari satu anak atau bahkan memiliki anak sama sekali.

Kebijakan satu anak dan preferensi budaya untuk anak laki-laki juga telah dianggap menciptakan ketidakseimbangan gender yang mendalam di China.

Data terbaru menunjukkan, China memiliki sekitar 722 juta laki-laki dibandingkan dengan 690 juta perempuan.

Ketidakseimbangan yang lebih terlihat di daerah pedesaan ini telah menyebabkan lebih sedikit keluarga yang terbentuk dalam beberapa tahun terakhir.

Diberitakan Reuters, informasi penurunan populasi China “sukses” menjadi trending topik teratas di media sosial China setelah angka-angka tersebut dirilis pada Selasa (17/1/2023).

Salah satu tagar,”#Is it really important to have offspring?” (“#apakah sangat penting untuk memiliki keturunan?”) sukses mendapatkan ratusan juta hits.

“Alasan mendasar mengapa perempuan tidak ingin memiliki anak bukan terletak pada diri mereka sendiri, tetapi pada kegagalan masyarakat dan laki-laki untuk memikul tanggung jawab membesarkan anak. Bagi perempuan yang melahirkan, hal ini menyebabkan penurunan serius dalam kualitas hidup dan kehidupan spiritual mereka,” tulis seorang netizen dengan nama pengguna Joyful Ned.

Netizen China juga sebelumnya mengeluh tentang tekanan pada pengantin baru untuk memiliki keturunan sesegera mungkin.

Mereka melaporkan kerap menerima panggilan atau pertanyaan dari pemerintah daerah setempat terkait kapan merencanakan kehamilan.

Pengaruh pandemi?

Menurut para ahli populasi, kebijakan nol-Covid China yang ketat yang diterapkan selama tiga tahun juga telah menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada prospek demografis negara itu.

Pemerintah daerah di China sejak 2021 telah meluncurkan langkah-;angkah untuk mendorong masyarakat memiliki lebih banyak bayi, termasuk pengurangan pajak, cuti melahirkan yang lebih lama, dan subsidi perumahan.

Presiden Xi Jinping juga mengatakan pada bulan Oktober 2022, bahwa pemerintah akan memberlakukan kebijakan dukungan lebih lanjut.

Namun, langkah-langkah tersebut sejauh ini tidak banyak membantu menahan tren penurunan jangka panjang.

Terlihat dari pencarian online untuk kereta bayi di mesin pencari Baidu China, turun 17 persen pada tahun 2022 dan turun 41 persen sejak 2018.

Sementara, pencarian untuk botol bayi turun lebih dari sepertiga sejak 2018.

Di sisi lain, pencarian untuk panti jompo melonjak delapan kali lipat terakhir tahun.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di India.

Google Trends menunjukkan peningkatan 15 persen dari tahun ke tahun dalam penelusuran botol bayi pada tahun 2022 di India.

Sementara penelusuran untuk tempat tidur bayi naik hampir lima kali lipat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.