upah.co.id“Awalnya saya seneng sama kerajinan flanel terus iseng buat, eh ternyata saya tertarik buat bisnis dari flanel, jadi saya dikasih modal Rp50.000 buat bahan flanel. Kalau zaman dulu, dengan uang segitu bisa beli berbagai macam bahan, ya,” sebutnya.

Usaha mikro kecil dan menengah asal Surakarta, Jawa Tengah, itu berdiri pada tahun 2014. Mulanya, produk yang dihasilkan Kin’s Home Craft hanya gantungan kunci yang dibuat dari kain flanel menjadi beragam karakter.

Saat dipasarkan, ternyata respons konsumen sangat positif. Walhasil, produknya pun ditambah tidak hanya gantungan kunci, melainkan juga boneka, bucket bunga, dan berbagain aksesori lainnya.

Seiring waktu, Kin’s Home Craft mulai kebanjiran pesanan. Produk pun kembali ditambah dengan membuat sepatu anak, buku anak, soft book, hiasan pensil, bantal custom, dan suvenir untuk pesta.

Baca Juga: Sefrigraphy Berjuang Lewat Lensa, Ungkap Pentingnya Foto Produk yang Bagus untuk UMKM

Kini, produksi suvenir untuk pernikahan menjadi prioritas Kin’s Home Craft karena lebih mudah dari segi pemasaran.

Terlepas dari kesuksesannya, bukan berarti Kin’s Home Craft tak menemui tantangan sepanjang menjalankan usahanya.

Contohnya, pada tahun 2014 hingga 2016, pemilik berusaha untuk memutar hasil usahanya menjadi modal karena belum banyak yang mengenal dan membeli produknya.

Pada tahun 2017, ketika usahanya mulai maju, pemilik usaha Kin’s Home Craft sudah mulai mengikuti berbagai macam pelatihan dari pemerintah setempat.

Pelatihan ini tidak hanya menambah keterampilan, namun juga menambah jejaring bagi sang pemilik untuk lebih luas lagi memasarkan produknya.

Salah satu tantangan yang paling sulit dihadapi adalah mengedukasi pelanggan untuk lebih menghargai proses kreatif yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut.

“Suka dan duka tuh pasti banyak, Mbak, yang paling sering tuh banyak yang remehin flanel yang dianggap bahan murah. Banyak banget pelanggan yang nanya, ‘Flanel kan harganya murah, kok dijualnya mahal sih?’” sebut sang pemilik.

“Padahal proses pemecahan polanya itu yang susah. Makanya saya mengadakan pelatihan biar ngasih tau kalau bikin sesuatu dari flanel ga mudah,” katanya menambahkan.

Pelatihan itu juga bertujuan untuk melatih ibu-ibu di sekitar tempatnya agar memiliki keterampilan dalam memproduksi kerajinan.

Baca Juga: Kisah Sukses Pelaku UMKM Kembangkan Tauco Cookies: Jangan Ikut-ikutan Produk yang Viral

Tantangan lain yang dihadapi Kin’s Home Craft datang ketika pandemi Covid-19 melanda. Kian jarangnya acara pernikahan yang mengundang banyak orang, turut berdampak pada jumlah pemesan suvenir untuk tamu undangan.

Sehingga pemilik usaha Kin’s Home Craft sempat beralih usahanya untuk menjual susu segar, namun memproduksi kain flanel yang telah menjadi hobinya.

“Sempet berhenti (saat pandemi), apalagi banyak acara pernikahan yang mendadak batal atau sekolah harus diliburkan. Apalagi target pasar kita anak-anak. Jadi terpaksa harus berhenti, dan beralih ke jualan susu segar. Tapi saya tetap produksi sedikit-sedikit buat stok,” ujarnya.

Baca Juga: Cerita Pelaku UMKM di Garut: Berawal dari Paksaan Teman, Kini Sampai Sulit Atur Waktu Saat Banyak Pesanan

Dalam sehari, Kin’s Home Craft bisa memproduksi hingga 100 aksesori kain flanel . Harganya mulai dari harga Rp1.500 Ruiah untuk gantungan kunci kecil dan bisa lebih murah jika dibeli dalam jumlah banyak atau borongan.

Boneka dijual dengan harga Rp25.000, bantal Rp35.000 Ribu dan yang paling mahal boneka dengan setinggi 20 sentimeter yang dijual seharga Rp500.000.

Pemilik Kin’s Home Craft mengambil keuntungan 30 persen dari modal usahanya. Kini, penjualan kain flanel dilakukan secara online melalui WhatsApp dan Instagram. (Shinta Aprilianty, Salwa Syafiqoh, Yemima Oholibama Wibowo, Rosa Ardika Putri)***