upah.co.idJakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka bergairah pada perdagangan Kamis (2/2/2023), dipimpin oleh saham-saham raksasa teknologi setelah beberapa perusahaan teknologi AS merilis kinerja keuangannya yang cukup menggembirakan pada kuartal IV-2022.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka naik tipis 0,08% ke posisi 34.121, S&P 500 melesat 1,05% ke 4.162,42, dan Nasdaq Composite melejit 2,15% menjadi 12.070,47.

Saham-saham raksasa teknologi akhirnya berhasil bergairah setelah sekian lama cenderung sideways di tengah prospek terus melandainya laju kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Keuntungan datang menjelang rilis kinerja keuangan Big Tech atau setelah lonceng perdagangan pembukaan hari ini, seperti saham Apple, Amazon dan Alphabet (Google).

Saham Alphabet dibuka melonjak lebih dari 4%, sedangkan saham Amazon melesat lebih dari 3%, dan saham Apple menanjak 1% lebih.

Selain saham raksasa teknologi trio ‘A’, saham raksasa teknologi lainnya yakni Meta Platforms juga dibuka melejit 19% lebih, setelah perusahaan melaporkan pendapatan kuartal IV-2022 dan mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai US$ 40 miliar. Hal ini membantu investor mengatasi kerugian di unit bisnis yang mengawasi metaverse.

Saham teknologi AS berhasil unggul di awal tahun 2023, didukung oleh sinyal baru-baru ini tentang pendinginan inflasi yang diharapkan investor dapat menyarankan jeda dari The Fed dalam kampanye kenaikan suku bunga yang agresif.

Sektor teknologi informasi S&P 500 naik lebih dari 11% sepanjang tahun ini, setelah penurunan lebih dari 28% pada tahun lalu.

Wall Street cenderung melanjutkan penguatannya karena pasar kembali optimis bahwa kondisi global dapat membaik dan tidak muncul hal-hal yang dikhawatirkan oleh pasar, meski kondisinya masih belum dikatakan pulih sepenuhnya.

Hal ini terjadi setelah The Fed menaikkan suku bunga acuannya sesuai dengan prediksi pasar. Pada dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran 4,5% – 4,75%.

Hal ini berarti The Fed kembali memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 bp pada empat pertemuan sebelumnya.

Keputusan bulat oleh para peserta Rapat Komite Pasar Terbuka (FOMC) itu sejalan dengan ekspektasi pasar keuangan.

Tetapi, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan perlu tetap restriktif untuk beberapa waktu dan bahwa para pejabat akan memerlukan bukti yang jauh lebih banyak untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur yang menurun ke target 2%.

“Komite mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat guna mengembalikan inflasi menjadi 2 persen dari waktu ke waktu,” kata The Fed dalam pernyataannya dini hari tadi waktu Indonesia.

The Fed juga mencatat meski inflasi sudah jauh melandai, tetapi masih cenderung tinggi, menunjukkan pembuat kebijakan semakin yakin bahwa tekanan harga telah mencapai puncaknya.

Pada pertemuan Desember 2022, para pejabat The Fed memproyeksikan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga jika telah mencapai 5%. Namun pelaku pasar memperkirakan bahwa mereka akan mulai berhenti menaikkan suku bunga sedikit di bawah level tersebut.

Para pejabat The Fed telah mengatakan bahwa data inflasi Oktober, November dan Desember 2022 yang stabil merupakan berita yang disambut baik, namun mereka masuk perlu menantikan lebih banyak data lagi, terutama terkait data ketenagakerjaan.

Saat ini, investor sedang menanti laporan pekerjaan terbaru yakni data penggajian non-pertanian (NFP) dan tingkat pengangguran yang akan dirilis pada Jumat besok dan akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang pasar tenaga kerja.

Tanda-tanda pendinginan dapat memberi kesan kepada investor bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut cenderung tidak mungkin dilakukan.

Sembari menanti data tenaga kerja AS utama besok, pada hari ini, data klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 28 Januari telah dirilis.

Hasilnya, Jumlah pelapor untuk tunjangan pengangguran lebih kecil dari yang diharapkan, yakni mencapai 180.000 klaim, dari pekan sebelumnya sebesar 186.000 klaim. Hal ini menandakan bahwa sektor tenaga kerja di Negeri Paman Sam masih cenderung kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA